PENYALAHGUNAAN KEKAYAAN
jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan
merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan
ngengat!
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan
menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan
dagingmu seperti api.
Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang
berakhir.
Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah
yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil
ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam
keluhan mereka yang menyabit panenmu.
Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di
bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari
penyembelihan.
Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar
dan ia tidak dapat melawan kamu. Yakobus 5:1-6
Mengumpulkan harta tentunya tidak salah, selama harta
itu digunakan untuk sesuatu yang berguna dan dapat
dipertanggung jawabkan. Contoh: untuk membiayai sekolah
anak, membeli rumah, kendaraan dan lain-lain kebutuhan.
Alkitab tidak melarang kita mengumpulkan harta dan
menjadi kaya. Bukankah Abraham, Ishak, Yusuf dari
Arimatea, Lydia pedagang kain ungu dari Tiatira adalah
orang-orang kaya? Tetapi Tuhan melarang orang percaya
memperoleh kekayaan dengan cara-cara yang tidak halal
atau cara yang berdosa.
Alkitab memerintahkan kita untuk bekerja mencari nafkah
dan tidak bergantung kepada orang lain. (2 Tesalonika
3:10) Yakobus mengecam orang-orang kaya pada waktu itu
karena mereka “menyalahgunakan posisi dan kekayaan
mereka.”
Mereka bertindak sewenang-wenang terhadap orang-orang
yang bekerja pada mereka. Apa yang dipikirkan hanya
memperkaya diri tanpa mempedulikan kepentingan orang
lain. Kekayaan menjadi tujuan hidup mereka dan ini
adalah gambaran cinta akan uang. Yakobus tidak
mengatakan bahwa menjadi kaya itu dosa, tetapi mengecam
mereka karena memperoleh kekayaan dengan menghalalkan
segala cara, dan menggunakannya untuk kepuasan diri
sehingga Yakobus menyerukan agar mereka “menangis dan
merataplah”.
DOSA ORANG-ORANG KAYA
1. Menahan Upah
“Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena
upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil
ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam
keluhan mereka yang menyabit panenmu.” Yakobus 5:4
Orang-orang kaya ini mempekerjakan buruh-buruhnya dan
menyepakati untuk membayar upah mereka pada waktunya.
Namun ketika para buruh ini telah menyelesaikan
pekerjaan mereka, upah mereka tidak dibayarkan.
Orang-orang kaya ini menahan upah buruhnya dengan cara
yang curang.
Dalam Hukum Taurat, Allah memberikan petunjuk mengenai
orang upahan untuk melindungi mereka dari penindasan
majikannya.
“Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah
engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja
harian sampai besok harinya.” Imamat 19:13
Orang-orang kaya ini tidak mempedulikan Hukum Tuhan,
mereka terus memperkaya diri mereka dengan cara menindas
buruh mereka. Tentunya ada perbedaan yang besar antara
menikmati berkat Tuhan dan hidup berkelebihan dengan
harta orang lain yang kita tahan. (1 Timotius 6:17)
2. Menggunakan Kekayaan untuk Kepuasan Daging
“Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di
bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari
penyembelihan.” Yakobus 5:5
Kemewahan adalah pemborosan, dan pemborosan adalah dosa.
Sekalipun harta yang kita miliki itu kita peroleh dengan
halal, kita tidak boleh menghamburkannya untuk kepuasan
diri sendiri. Yakobus tidak melarang orang percaya hidup
menjadi kaya karena berkat Tuhan, asalkan harta yang
berlimpah itu digunakan untuk menggenapi rencana Tuhan
dan memuliakan Tuhan.
Banyak tokoh di Alkitab yang memiliki harta yang
berlimpah, tetapi mereka hidup sesuai dengan kehendak
Tuhan, contohnya: Abraham.
3. Menguasai Pengadilan
“Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar
dan ia tidak dapat melawan kamu.”
Yakobus 5:6
Ketika Tuhan memberikan tanah Kanaan kepada bangsa
Israel, Ia menetapkan suatu sistem pengadilan dan
memperingatkan para hakim untuk tidak menerima suap. (Keluaran
17:8-13; 18:21)
Mereka tidak boleh memihak orang kaya atau orang miskin.
Nabi Amos juga mencela para hakim yang menerima suap
dalam suatu perkara di pengadilan. (Amos 5:12,15)
Rupanya pengadilan pada masa Yakobus dikuasai oleh
orang-orang kaya yang mempunyai banyak harta untuk
menyuap para hakim dalam menjatuhkan putusan. Para buruh
miskin tidak sanggup membayar biaya pengadilan yang
mahal; oleh sebab itu mereka seringkali ‘dikalahkan’,
sekalipun mereka berada di pihak yang benar. Orang
miskin tidak mendapatkan keadilan, dan tidak dapat
melawan kesewenang-wenangan orang-orang kaya
KONSEKUENSI MEMPEROLEH HARTA YANG TIDAK HALAL
“Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena
upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil
ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam
keluhan mereka yang menyabit panenmu.” Yakobus 5:4
Tuhan melihat ketidakadilan yang dilakukan oleh
orang-orang kaya kepada para buruh miskin, dan Dia
mendengar doa-doa mereka. Oleh sebab itu Tuhan bertindak
sehingga orang-orang kaya itu:
1. Mengalami Kesengsaraan
“Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah
dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!”
Yakobus 5:1
Biasanya kesengsaraan identik dengan kemiskinan, tetapi
jangan mengira apabila seorang yang sudah memiliki
banyak harta tidak akan mengalami kesengsaraan. Mereka
yang hidup dalam dosa akan mengalami kesengsaraan: tidak
memiliki kedamaian, stres, hidup dalam kekuatiran,
ketakutan, menjadi sakit, mengalami musibah dan lain-lainnya.
Apakah enaknya menghuni rumah yang mewah, tetapi tidak
ada kedamaian di hati? Atau mengenakan perhiasan yang
mahal sembari mengalami sakit penyakit? Yakobus tidak
saja melihat penghakiman yang sedang berlangsung (kekayaan
mereka membusuk), tetapi juga suatu penghakiman yang
akan datang di hadapan Allah, di mana Tuhan Yesus
sendiri akan menjadi hakim. (Yakobus 5:9)
2. Kekayaan Mereka Akan Lenyap
“Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan
ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya
akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan
dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada
hari-hari yang sedang berakhir.”
Yakobus 5:2-3
Orang kaya berpikir bahwa segala sesuatu akan beres
karena mereka kaya. Tetapi tidak ada suatu benda pun di
dunia ini yang akan bertahan untuk selamanya. Semuanya
akan sia-sia apabila diperoleh dengan cara yang tidak
benar. Pakaian yang indah dan mahal juga bisa habis
dimakan ngengat, bahkan emas perak sekalipun bisa
dimakan karat.
Kata-kata ‘busuk’, ‘ngengat’ dan ‘karat’ menunjukkan
bahwa Tuhan sanggup menghancurkan kekayaan mereka dengan
berbagai macam cara. Kalau Iblis dapat menghancurkan
semua harta dan anak-anak Ayub dalam satu hari; terlebih
lagi Tuhan yang Mahakuasa.
Apa yang sudah dikumpulkan selama ini akan hilang begitu
saja; bagaimanapun hebatnya mereka ‘mengamankan’
hartanya. Salah besar apabila kita mengira kekayaan
dapat memberi jaminan masa depan. Untuk orang yang cinta
akan harta, kehilangan harta mereka adalah penderitaan
yang sangat berat.
3. Penyalahgunaan Kekayaan Merusak Watak Seseorang
“…dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan
akan memakan dagingmu seperti api…”
Yakobus 5:3
Inilah yang dihadapi oleh orang-orang yang cinta akan
uang. Cnta akan uang telah mempengaruhi dan menggerogoti
mereka hidup-hidup. Memiliki uang sebagai alat
pembayaran bukan dosa, tetapi 1 Timotius 6:10 menuliskan
bahwa:
“cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.”
Cinta kepada harta membuat cinta kepada Tuhan semakin
lama semakin menipis.
Alkitab tidak melarang kita bekerja keras, mengumpulkan
harta dan menjadi kaya. Namun kita harus bekerja dengan
cara yang benar, tidak menindas dan merampas hak-hak
orang lain, dan tidak menghalalkan segala cara.
Kalau kita menyadari bahwa hidup di dunia ini sementara,
dan kekayaan tidak dapat dibawa kepada kekekalan, maka
kita akan menyadari bahwa betapa bodohnya kita apabila
menggantungkan hidup kita kepada harta yang kita miliki.
Tuhan memberkati kita supaya dengan berkat itu kita
dapat menjadi saluran berkat untuk orang lain dan
memuliakan Tuhan, bukan untuk berfoya-foya memuaskan
diri sendiri. (JM)
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi
kehilangan nyawanya?
Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti
nyawanya?”
Matius 16:26