PENGURAPAN DALAM HIDUP ORANG PERCAYA
Salah satu hal yang membedakan antara
orang percaya dengan orang yang belum percaya adalah
adanya pengurapan Tuhan dalam hidupnya. Sebagai pengikut
Kristus, seyogyanya pengurapan bukanlah menjadi sesuatu
yang asing, melainkan menjadi bagian yang penting dalam
perjalanan iman dan keseharian kita mengiring Dia. Kata
‘Kristus’ itu sendiri sebenarnya memiliki arti ‘Yang
diurapi’, sehingga kita yang percaya kepada Kristus
sudah seharusnyalah menjadikan pengurapan sebagai bagian
yang penting dan tidak terpisahkan dalam perjalanan
hidup orang percaya.
Di wadah kita, pengurapan benar-benar bukanlah sesuatu
yang baru. Bahkan telah kita ketahui bersama bahwa
pengurapan menjadi salah satu fokus dalam ibadah kita,
selain hadirat Tuhan dan bahasa roh. Tindakan pengurapan
juga tidak jarang dilakukan oleh para pemimpin rohani
kepada kita. Selain itu, tindakan pengurapan juga sering
kita jumpai dilakukan kepada orang sakit, pengurapan
pada rumah/kantor/usaha baru, dan sebagainya.
PANDANGAN ALKITAB TERHADAP PENGURAPAN
Dalam Oxford dictionary, kata ‘pengurapan’ berasal dari
kata “Anoint”, yaitu to put oil on somebody or on part
of somebody’s body as part of a religious or other
ceremony.” Di dalam Alkitab, event pengurapan juga
beberapa kali kita jumpai, baik itu pengurapan yang
dilakukan atas manusia ataupun pengurapan atas benda.
Pada artikel kali ini, kita akan berfokus pada
pengurapan yang dilakukan atas manusia.
Di dalam Perjanjian Lama, kita dapat menemukan tindakan
pengurapan pada acara ritual keagamaan (untuk menyucikan
item-item keagamaan) dan penahbisan Imam Besar, misalnya:
• imam-imam yang melayani (Kel 40:15),
• pengangkatan seorang Raja (1 Sam 16:1; 12-13), serta
• pengangkatan seorang Nabi (1 Raj 19:16).
Dalam Perjanjian Lama, memang hanya orang-orang
khususlah yang dapat menerima pengurapan. Sedangkan
dalam Perjanjian Baru, pengurapan diberikan kepada orang
percaya yang sudah menjadi milik Yesus dan memiliki
Yesus. (2 Kor 1:21-22; 1 Yoh 2)
Seringkali yang kita temui dalam Alkitab jika bicara
pengurapan, instrumen yang dipakai adalah minyak. Minyak
sering digunakan sebagai lambang persetujuan Allah,
kehadiran Allah, berkat, kuasa, penghiburan, kesembuhan,
sukacita, perkenanan, kesejahteraan, dan otoritas
(Warren, 2019). Penggunaannya pun dapat ditaruh di
kepala (Mzm 23:5; Pkh 9:8), kaki (Luk 7:38; Yoh 12:3),
mata (Why 3:18) dan juga di muka (Mzm 104:15). Dalam
Perjanjian Baru tidak terlalu ditekankan tentang minyak,
tetapi Roh Kudus menjadi instrumen pengurapan itu
sendiri (2 Kor 1:21-22). Roh Kudus yang memenuhi/menguasai
seringkali mengiringi tindakan pengurapan baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
PRINSIP YANG MENDASARI PENGURAPAN MINYAK
Prinsip konsekrasi, yaitu memisahkan atau mengkhususkan
sesuatu atau seseorang kepada Tuhan. Kita telah melihat
beberapa contoh di pembahasan sebelumnya bahwa prinsip
ini menjadi bagian dari praktek kehidupan rohani umat
Tuhan di Perjanjian Lama.
Di zaman Perjanjian Baru, prinsip ini juga dipraktekkan
oleh umat Tuhan seperti dalam Yakobus 5:14, “Kalau ada
seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil
para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta
mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.”
Kalimat “mengoles dengan minyak” dalam ayat ini memiliki
maksud agar orang yang sakit dibawa kepada Tuhan untuk
mendapatkan belas kasihan-Nya. (NIV Zondervan Study
Bible) Pemahaman ini mengandung makna konsekrasi di
dalamnya. Prinsip konsekrasi yang dilambangkan dengan
pengolesan minyak tetap berlaku pada era Perjanjian Baru.
Setiap tindakan pengurapan selalu membawa pesan khusus
di dalamnya. Pengurapan bukan sembarangan diberikan/
dilakukan tanpa maksud dan tujuan. Yesus Kristus pun
sebagai “Yang Diurapi” dalam Lukas 4:18-19 dijelaskan
bahwa,
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi
Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah
datang.”
Oleh karena itu, pengurapan yang kita terima harus kita
sadari sebagai bagian dari perjalanan kita dalam
panggilan-Nya, seperti Yesus berjalan selama Ia ada di
bumi ini, Kisah Para Rasul 10:38 mencatat,
“yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah
mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang
berjalan keliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan
semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai
Dia.”
Jikalau Yesus saja menerima pengurapan dari Allah,
terlebih lagi kita. Dalam hidup kita setiap hari,
sebagai umat gembalaan-Nya, Tuhan pun telah berkata
bahwa Ia sebagai gembala yang baik akan mengurapi kepala
kita dengan minyak. (Mzm 23:5b)
Saat ini kita ada di era Pentakosta yang ketiga di mana
kita menjadi ‘Messenger of the Third Pentecost’,
pengurapan sungguhlah sangat diperlukan untuk
menuntaskan Amanat Agung-Nya. Pekerjaan kerajaan-Nya
tidak dapat kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri
karena kita begitu terbatas. Kita sungguh membutuhkan
pengurapan dari-Nya yang Ia berikan melalui para
pemimpin rohani di atas kita. Untuk itu, masuk dalam
tahun 2020 yaitu ‘Tahun Dimensi yang Baru’, pastikan
kita berjalan dalam pengurapan-Nya setiap hari. Jangan
lewatkan kesempatan-kesempatan yang Tuhan berikan di
2020 untuk kita diurapi oleh Dia melalui para pemimpin
kita. Terima pengurapan-Nya dengan iman dan mulai
melangkah mengerjakan apa yang Roh Kudus tuntun. Jangan
lupa untuk berdoa setiap pagi hari di dalam saat teduh
kita, meminta pengurapan dari Tuhan yang akan memampukan
kita menjalani hari-hari kita seturut kehendak-Nya. (HT)