MENCIPTA BERSAMA ALLAH
"Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu
adalah ladang Allah, bangunan Allah”.
1 Korintus 3:9
Doktrin bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa
dengan Allah (D’muth dan Tselem) adalah doktrin yang
menjadi kebanggaan orang Kristen. Nilai-nilai umum yang
dianut oleh sistem kepercayaan Judeo-Kristen menaruh
nilai yang sangat tinggi terhadap keunikan individu
setiap manusia yang lahir di bumi ini. Hak asasi manusia
diberikan oleh Tuhan, bukan oleh negara. Negara hanya
mengakui hak-hak asasi yang diberikan oleh Tuhan.
Hak-hak asasi ini lahir karena:
1. Manusia adalah Ciptaan Tuhan Yang Tertinggi Dan Unik
Bukan seperti hewan, ia tidak bisa hanya dinilai dari
fungsinya saja, tetapi dari ‘nilai hakikinya.’ Nilai
seekor sapi dengan sapi yang lain dapat dibedakan
melalui beratnya, trah (silsilah) sapi tersebut, harga
pasar dan faktor lainnya. Kita tidak bisa menggunakan
penilaian tersebut untuk membandingkan nilai seseorang
individu dengan individu lainnya.
Terkandung di dalam keunikan individu tersebut terdapat
pengertian yang tersembunyi mengenai kreativitas manusia.
Kejadian 1:26-28 menunjukkan bahwa pemberian otoritas
atas dunia ini ialah supaya manusia menjadi rekan
sekerja Allah di dalam ‘menaklukkan’ dan
‘mengusahakannya’ sehingga kehendak Allah terjadi di
atas muka bumi ini dan bumi semakin hari semakin serupa
dengan gambaran sorga.
Memang kata ‘menciptakan’ di dalam Alkitab hampir secara
eksklusif dikenakan kepada Tuhan. Di dalam bahasa Ibrani
kata ‘bara’ berbicara tentang mengadakan sesuatu yang
tidak ada menjadi ada. Tetapi ketika menciptakan manusia,
Tuhan menggunakan ‘asah’ yang berarti membentuk (shape)
seperti di dalam kesenian tanah liat. Bagian dari gambar
dan rupa Allah di dalam diri manusia ialah sama seperti
Allah mengerahkan seluruh daya cipta yang ada di dalam
dirinya di dalam ‘membentuk manusia’ yang berasal dari
tanah liat, demikian pula manusia bisa mengerahkan
seluruh daya ciptanya untuk menguasai bumi (tanah liat)
yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya.
Sebagai contoh; manusia adalah satu-satunya makhluk yang
perlu memasak makanannya. Di dalam keadaan ekstrim
manusia bisa saja bertahan hidup dengan memakan apa-apa
yang disediakan oleh alam secara mentah, tetapi hanya
manusia yang menggunakan penemuan api untuk memasak
makanannya.
2. Hanya Kepada Manusia Allah Menaruh Roh-Nya
Alkitab menyatakan bahwa:
“Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki
seluruh lubuk hatinya.” (Amsal 20:27)
Fungsi roh inilah yang menghubungkan alam kediaman Allah
yaitu sorga dengan bumi di mana manusia hidup. Dengan
fungsi roh inilah manusia bisa ‘berimajinasi’ melihat
hal-hal yang belum ada dan berusaha untuk mewujudkannya.
Bagi orang non Kristen, fungsi ini hanya terbatas
sebagai kegiatan jiwani saja. Kita bisa melihat
benda-benda abstrak dan menggabungkannya menjadi suatu
benda yang baru, contoh yang sangat jelas; dari dahulu
orang sudah tahu apa itu kata ‘inter’; Internasional,
interdenominasi, interlokal dan lain sebagainya. Kata
jaring (net) sudah dikenal orang dari dahulu, bola
jaring (net ball, network jaringan kerja) , tetapi orang
tidak pernah memikirkan kalau dua kata ini dijadikan
satu, antara ‘inter’ dan ‘net’ menjadi sesuatu dunia
yang baru dengan segala kemungkinan yang tidak pernah
dipikirkan sebelumnya. Bagi orang Kristen hal ini
berfungsi lebih jauh lagi. Tuhan memberikan kita
kemampuan untuk melihat hal-hal yang ada di dalam alam
sorgawi dan menjadikannya nyata di dalam alam jasmani.
Contohnya: Abraham dalam Perjanjian Lama. (Ibrani
11:15-16)
Dengan melihat kedua dasar tersebut kita mengerti
sekarang bahwa kita disebut rekan sekerja bersama Tuhan
karena kita juga bisa menciptakan hal-hal yang Tuhan
kehendaki di atas muka bumi ini:
a. Kita Mencipta Dengan Pilihan-pilihan Kita
Manusia hidup di dalam ‘waktu’. Kita memiliki masa lalu,
masa kini dan masa depan. Masa lalu sudah lewat dan
tidak bisa diubah, masa depan belum tiba dan masih
berupa kemungkinan. Ada banyak ‘kemungkinan-kemungkinan’
yang bisa terjadi sebagai hasil dari suatu peristiwa.
Masa kini adalah proses di mana kita bisa menciptakan
kemungkinan mana dari sekian banyak kemungkinan yang ada.
Daud berdoa meminta Tuhan untuk menguji hatinya (Mazmur
26:2). Permintaan Daud ini sebenarnya adalah sesuatu
yang janggal secara teologis. Jika Tuhan adalah maha
tahu dan mengetahui segala kemungkinan di masa depan,
buat apa kita meminta Dia untuk menguji hati kita? Di
sinilah letak keindahan teologi Kristen. Bahwa
kemaha-tahuan Tuhan tidak berarti Ia berkuasa 100%
menentukan hasil di masa depan.
b. Kita Menciptakan Dengan Perkataan Yang Diberdayakan
Oleh Iman
Sama seperti Allah menciptakan segala sesuatu dengan
Firman-Nya, demikian juga kita diberi kehormatan untuk
mengucapkan segala sesuatu yang belum kelihatan dan
membuatnya menjadi nyata di dalam dunia ini. Di sini
bukan berarti kita betul-betul seperti Tuhan yang
menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Kita
melakukan prinsip yang tertulis dalam Ibrani 11:1.
Pepatah Latin ‘Ora Et Labora’ (Berdoa dan Bekerja)
sebenarnya harus diterjemahkan berdoa sebelum bekerja,
atau pekerjaan yang pertama adalah berdoa. Di dalam
doalah kita sedang mengucapkan dan membentuk hal yang
ingin kita lihat menjadi nyata di atas muka bumi ini.
Doa adalah blue print dari pekerjaan kita. Ketika roh
manusia dipulihkan oleh Yesus di dalam kelahiran baru,
kemampuan untuk menerima download dari sorga kembali
berfungsi.
c. Kita Mencipta Dengan Cara Memultiplikasikan Diri Dan
Karakter Kita Ke Dalam Diri Orang Lain
Pernahkan kita berpikir tentang apa yang membedakan
‘ciptaan’ manusia dengan ciptaan Tuhan? Manusia
menciptakan barang yang memiliki fungsi tetapi tidak
memiliki kehidupan. Tuhan menciptakan makhluk-makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan) yang tidak hanya memiliki
fungsi tetapi memiliki kemampuan untuk berkembang biak,
sehingga bisa memenuhi bumi.
Ada satu hal istimewa yang diberikan kepada murid-murid
Kristus yaitu mereka dapat mencipta dengan cara
memultiplikasikan diri mereka pada kehidupan orang lain.
Prinsip inilah yang dipakai oleh Tuhan Yesus di dalam
memuridkan murid-murid-Nya. Yesus mengajar, berkhotbah
dan mementor murid-murid dengan tujuan menjadikan mereka
seperti Yesus. Pola itu juga yang Tuhan inginkan untuk
diteruskan oleh murid-murid-Nya lakukan. Ketika seorang
murid memuridkan orang lain, artinya murid itu sedang
mencipta (murid-murid lain).
3. Hasil Ciptaan Kita Memuliakan Allah
Mandat umum yang diberikan Allah kepada manusia untuk
menguasai dan menata bumi serta mengelolanya bagi
kemuliaan Tuhan tetap berlaku sesudah kejatuhan manusia
dalam dosa. Setelah manusia diusir keluar dari taman
Eden, manusia mulai membuat kota-kota.
Kejadian 4:20-22 mencatat profesi-profesi awal yang
dikerjakan oleh manusia yaitu mendirikan kemah,
memelihara ternak, menciptakan alat-alat musik dan
industri logam. Mulai dari saat itu, kota menjadi latar
belakang yang sangat signifikan di dalam menceritakan
sejarah keselamatan Tuhan. Kita melihat motif
perbandingan antara kota Allah (Zion) yang melambangkan
persekutuan Allah dan umat ketebusan-Nya; dikontraskan
dengan kota buatan manusia (Sodom dan Gomora/Babel) yang
melambangkan kesombongan dan kemandirian manusia yang
ingin memisahkan diri dari Allah. Jika sejarah
keselamatan mencatat asal mula manusia diciptakan di
dalam sebuah taman mengapa tidak dikatakan bahwa di
ujung proses keselamatan manusia dikembalikan ke dalam
taman?
Alkitab mencatat bahwa sejarah keselamatan akan berujung
di sebuah kota yang bernama Yerusalem Baru (Wahyu 21:2,
10, 26). Apakah yang dimaksud dengan “kekayaan dan
hormat bangsa-bangsa”? Ini berbicara mengenai
hasil-hasil produksi terbaik yang bisa diberikan oleh
pembagian bangsa-bangsa yang diciptakan oleh Tuhan
sendiri. Karakteristik bangsa-bansga secara tidak
langsung menunjukkan sebagian dari daya cipta yang luar
biasa dari dalam diri Tuhan.
• Bangsa Jerman terkenal dengan ketelitian dan
sistematisnya
• Bangsa Anglo-Sakson terkenal dengan kreativitasnya
• Bangsa-bangsa Latin terkenal dengan romantismenya
• Bangsa China terkenal dengan komitmennya kepada
keluarga
• Bangsa Jepang terkenal dengan kepatuhan dan kerelaan
berkorban
Sifat seperti itu kemudian diterjemahkan menjadi daya
cipta yang di dalam masyarakat modern tercermin di dalam
branding-branding dan etos budaya yang melekat kepada
hasil produk bangsa tersebut. Karena kejatuhan manusia
ke dalam dosa, maka seringkali sifat-sifat itu dipakai
untuk membangun indetitas nasional yang berdasarkan
keangkuhan. Dapatkah dibayangkan jika orang-orang
ketebusan dari tiap-tiap bangsa ini mengerahkan daya
cipta terbaik mereka menjadi suatu karya yang memuliakan
Tuhan dan memberkati umat manusia lainnya? Di dalam
Yerusalem Baru semuanya ini akan dibawa masuk untuk
memuliakan Tuhan.
Tuhan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia
sendiri, termasuk dalam kemampuan untuk mencipta. Dengan
bimbingan Firman dan Roh Kudus, manusia yang sudah
ditebus dari dosa dapat menciptakan segala sesuatu yang
pada akhirnya dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan. Amin.
(AL)