Shalom..., Selamat Datang di GBI MALL TAMAN ANGGREK - GBI SEASON CITY

Renungan

KESEMPATAN KEDUA

Petrus adalah seorang yang cukup menonjol di antara murid-murid Yesus. Dia memiliki kepribadian yang ekstrover. Kata ‘ekstrover’ menurut KBBI diartikan sebagai orang yang minatnya ditujukan seluruhnya kepada yang ada di luar dirinya dan tidak ditujukan kepada yang ada dalam pikiran dan perasaannya sendiri atau bersikap terbuka.
Hal ini terbukti dari apa yang ditunjukkan Petrus dengan reaksi yang spontan, berani bicara, sering tidak berpikir panjang, mudah bimbang dan mudah berubah, emosional, tetapi memiliki kepemimpinan yang alamiah. Walaupun demikian, Petrus memiliki keistimewaan dalam pandangan Gurunya, Yesus.


Bersama dengan Yakobus dan Yohanes, Petrus sering mendapatkan kesempatan mengalami hal-hal istimewa yang tidak didapat oleh murid-murid Yesus lainnya:


• peristiwa transfigurasi Yesus di atas Gunung Tabor,
• berjalan di atas air ketika terjadi badai di danau Galilea, dan
• pujian Yesus atas pengakuan Petrus terhadap ke-Tuhan-an Yesus,
ini semua adalah contoh hal yang istimewa yang dialami oleh Petrus.
Sebagai manusia biasa, Petrus tidak hanya mengalami hal-hal yang baik saja tetapi dia juga mengalami kesalahan dan kegagalan dalam hidupnya. Puncaknya adalah ketika dia menyangkal Gurunya sebanyak 3 kali. Sekalipun sebenarnya Tuhan Yesus sudah memperingatkan Petrus akan apa yang bakal terjadi:
Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Mat. 26:34


Tetapi Petrus bersikukuh akan kemampuan dirinya untuk tetap setia dan tidak akan menyangkal.
Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga. Mat 26:35
Pada akhirnya, Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali!
Di tengah kegagalannya, Petrus menyesali akan semua yang telah dilakukannya terhadap gurunya dan menangis dengan sedih. Petrus sempat kembali kepada profesi lamanya sebagai penangkap ikan (Yoh 21:3), tetapi perjumpaannya dengan Tuhan Yesus membuat dia bangkit kemudian mengubah total seluruh kehidupannya.
Sebagai Guru dan Tuhan, Yesus mengasihi Petrus dengan kasih yang tidak terbatas. Ini dibuktikan ketika Yesus memulihkan kembali kehidupan Petrus dalam perjumpaan mereka di pantai, bahkan Yesus mempercayakan domba-domba-Nya untuk digembalakan oleh Petrus yang sebenarnya pernah gagal dalam mempertahankan iman dan menyangkal diri-Nya.
Kasih Yesus sudah teruji, kasih yang tak terbatas dan sanggup memulihkan segala sesuatu. Seseorang yang pernah gagal pun sanggup dipulihkan dan diubahkan oleh kasih yang tak terbatas ini. Kesempatan kedua bagi seseorang yang gagal tersedia melalui kasih Yesus. Tak perlu diragukan, kegagalan anak-anak Tuhan dalam hidupnya bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah pemulihan di dalam kesempatan baru yang tersedia dalam kasih Yesus.
Kesempatan kedua ini bisa terjadi dalam hidup seseorang ketika individu yang bersangkutan memiliki respon yang benar terhadap kegagalannya dan terhadap kesempurnaan kasih Allah.

RESPON YANG BENAR TERHADAP KEGAGALAN
1. Tidak Memadamkan Kerinduan Terhadap Yesus
“… Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.” Yoh 21:7
Pada saat itu Petrus dan murid-murid yang lain sedang mengalami “berkat” yaitu seratus lima puluh tiga ekor ikan yang berhasil ditangkap. Tetapi Petrus tetap merindukan Yesus dan hal ini ditunjukkan ketika ia terjun ke dalam danau meninggalkan “berkat” tersebut untuk menemui Yesus yang ada di tepi danau Galilea.
Petrus tidak menganggap ikan yang banyak itu menjadi hal penting, baginya perjumpaan dengan Yesus di pantai adalah hal yang terpenting yang harus dia alami.
Seringkali orang-orang gagal dan terus tinggal dalam kegagalannya bahkan menggantikan kerinduannya untuk dipulihkan dengan hal-hal lain, yang disebut “pelarian” atau “kompensasi”.
Kegagalan adalah hal yang manusiawi yang bisa dialami oleh semua orang. Tokoh-tokoh Alkitab pun, kecuali Yesus, pernah mengalami kegagalan dalam hidup mereka. Yang diperlukan adalah menjaga kerinduan dalam hati terhadap perjumpaan dengan pribadi Yesus yang mengubahkan dan memulihkan. Hati-hati dengan daya tarik dunia dan tipu daya kekayaan yang bisa menggantikan kerinduan dan kasih kepada Tuhan menjadi kerinduan dan kasih kepada dunia ini.

2. Pengakuan Yang Jujur
Kegagalan memang menyakitkan bahkan bisa memalukan. Hal ini tidak bisa ditutupi dengan alasan/dalih atau dengan menyalahkan orang lain. Kejujuran seseorang untuk mengakui kegagalannya di hadapan Tuhan dan diri sendiri adalah kesempatan bagi Tuhan memulihkan kehidupannya melalui karya Roh Kudus yang ajaib.
Kejujuran seperti pintu yang terbuka untuk Tuhan mulai bekerja dalam proses pemulihan bahkan dalam proses untuk mengangkat kembali derajat kehidupan seperti yang dialami Petrus.
Kasih Allah tidaklah bertujuan untuk menghakimi manusia akan kesalahan atau kegagalannya, melainkan memberikan kesempatan untuk kembali kepada rancangan dan kehendak-Nya.
Dalam Yoh 21:15-17, Petrus dengan jujur mengakui keterbatasan kasihnya kepada Tuhan yang mengakibatkan kesalahan dan kegagalannya. Yang luar biasa adalah Yesus tidak hanya memulihkan jiwa dan kehidupan Petrus, bahkan mempercayakan domba-domba-Nya kepada Petrus.
Ketika seseorang berdalih untuk menutupi kesalahannya dan membuatnya tampak “lebih benar” di hadapan orang lain maka pada saat itu dia sedang menutup jalan bagi Tuhan bekerja dalam dirinya. Saul dan Daud, keduanya pernah jatuh dalam dosa dan kegagalan. Namun Saul mencoba menutupi kesalahannya dihadapan Tuhan dan nabi Samuel dengan cara menyalahkan orang lain dan dengan membuat alasan-alasan, sedangkan Daud langsung mengakui kesalahannya dan jujur di hadapan Tuhan dan kepada nabi Nathan yang menegurnya.
Akibatnya, Saul tidak berkenan di hadapan Tuhan dan kehilangan kepercayaan sebagai Raja Israel bahkan kematiannya adalah kematian yang tragis di mana dia membunuh dirinya sendiri ketika terdesak oleh musuh dan akan menghadapi kekalahan.
Daud, sekalipun memang harus menanggung akibat dari dosanya tetapi Daud menerima pengampunan dari Tuhan, hidupnya dipulihkan bahkan dia mati sebagai raja yang dihormati oleh rakyatnya dalam usia yang sudah sangat tua dalam kemuliaan dan kejayaan. Tuhan mendapati Daud sebagai orang yang berkenan dihati-Nya. Ini adalah kuasa dari kasih Allah yang tidak terbatas yang diresponi dengan benar oleh manusia.

DAMPAK DARI KESEMPATAN KEDUA
Akibat respon yang benar dari Petrus di tepi danau Galilea, mereka mengalami kesempatan yang kedua. Dalam Kisah Para Rasul 1:4-5, Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk tidak meninggalkan Yerusalem sampai menerima janji Bapa yaitu dibaptis dengan Roh Kudus.
Baptisan Roh Kudus yang pertama kali terjadi di loteng Yerusalem. Inilah yang mengubah murid-murid menjadi rasul-rasul yang dipakai Tuhan dalam pekabaran Injil dan pelayanan dengan luar biasa. Petrus, Yohanes dan Yakobus bahkan menjadi sokoguru jemaat.
Petrus menjadi rasul Tuhan bagi orang Yahudi. Dalam kesempatannya berkhotbah, tiga ribu orang bertobat sebagai hasil dari khotbah Petrus yang cukup singkat. Tradisi gereja mencatat Petrus mengakhiri hidupnya sebagai martir yang disalib terbalik.
Ketaatan Petrus terhadap perintah Tuhan Yesus dan kesetiaannya untuk menantikan janji Bapa membuatnya menjadi orang yang menerima pencurahan Roh Kudus yang mengubah kehidupan dan pelayanannya menjadi penuh kuasa.
Kesempatan kedua selalu Tuhan berikan; yang jika diresponi dengan benar akan menjadi sebuah perubahan yang menghasilkan kuasa dan kemenangan bagi orang pilihannya. Allah sanggup mengubah kegagalan menjadi kemenangan bagi kemuliaan-Nya. Amin. (BM)





 

BACK..