KELAHIRAN BARU DIRESPONI DENGAN PERTOBATAN
“Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang
Yahudi di Damsyik,
di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada
bangsa-bangsa lain,
bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah
serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
pertobatan itu.”
Kisah Para Rasul 26:20
Saat kita membaca judul artikel di atas mungkin akan
timbul pertanyaan dalam benak kita. Apa maksud dari
kalimat tersebut di atas? Bukankah untuk mengalami
kelahiran baru (dilahirkan kembali) kita harus bertobat
lebih dahulu? Mengapa kesannya malah sebaliknya? Lahir
baru dulu, baru bertobat?
Dalam kesempatan yang lalu, kita sudah banyak belajar
dan merenungkan tentang kelahiran baru. Kelahiran baru
adalah sebuah proses dilahirkan kembali yang merupakan
anugerah keselamatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus bagi
mereka yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
Umumnya saat orang dibimbing untuk dilahirkan kembali;
Langkah pertama yang dilakukan adalah pengakuan dosa,
menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa yang telah
hidup dalam dosa, kemudian mengakui dosa-dosanya dengan
jujur di hadapan Tuhan serta meminta ampun atas segala
dosa yang telah dilakukan, baik yang disadari maupun
yang tidak disadari telah dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah pengakuan percaya bahwa Yesus
adalah Tuhan dan Juruselamat serta menerima Dia sebagai
Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka
kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya
dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan.” Roma 10:9-10
Kalau begitu, apa perbedaan antara pertobatan sebelum
kelahiran baru dan pertobatan sebagai respon dari
kelahiran baru?
“Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang
Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah
Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka
harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.”
Kisah Para Rasul 26:20
Ayat ini dengan tegas memberikan penjelasan bahwa semua
orang, baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa yang lain
harus bertobat dan berbalik kepada Allah. Inilah yang
dimaksud dengan pertobatan yang menghantarkan kita pada
kelahiran baru, di mana kita berbalik 1800 dari cara
hidup kita yang lama dan kembali kepada Tuhan. Setelah
itu, orang yang telah dilahirkan kembali harus melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu!
Hal yang senada juga disampaikan oleh Tuhan Yesus;
• “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.”
Matius 3:8
• “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu
tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Matius 5:20
Maksud dari perkataan Tuhan Yesus dalam kedua ayat di
atas adalah bahwa kekristenan kita tidak berhenti hanya
sampai pada pertobatan kelahiran baru saja. Bukan
berarti setelah kita diselamatkan semuanya beres,
lanjutkan hidup kita sebagaimana biasa kita jalani,
serta berpikir untuk tidak terjebak dalam aktivitas
agamawi dan tidak perlu berupaya untuk hidup
menyenangkan hati Tuhan dan mendapat perkenanan-Nya,
sebab setelah lahir baru Tuhan tidak lagi melihat
pribadi kita, melainkan Kristus yang ada di dalam kita.
RESPON KITA SETELAH LAHIR BARU
1. Hidup Menghasilkan Buah Yang Sesuai Dengan Pertobatan
Dengan kata lain, kita harus hidup dan mulai melakukan
hal-hal yang berpadanan dengan status baru kita itu.
Sebelum kita dilahirkan kembali, status kita adalah
orang berdosa, calon-calon penghuni neraka. Puji Tuhan,
ketika kita dilahirkan kembali, kita dibenarkan
(justification) status baru kita adalah orang benar
(Roma 5:19; 1 Pet 3:12), orang kudus (Roma 1:7; 1 Kor
1:2).
Renungkanlah beberapa hal ini:
• Pantaskah orang kudus berbohong?
• Pantaskah orang kudus melakukan usaha yang curang?
• Pantaskah orang kudus menyukai narkoba dan minuman
keras?
• Pantaskah orang kudus hidup dalam percabulan dan
perzinahan?
• Pantaskah orang kudus mencuri atau korupsi?
• Pantaskah orang kudus…..?
Pertanyaan yang kita renungkan di atas bukan hanya
sekedar berbicara soal kepantasan saja, melainkan sebuah
standart baru bagaimana kita hidup sesuai dengan status
baru kita. Jadi, jika kita menghidupi hidup baru dengan
standar yang baru, bukan berarti kita menghidupi Hukum
Taurat dan roh agamawi seperti yang dituduhkan oleh
mereka yang memiliki pemahaman yang memberikan penekanan
akan kasih karunia yang tidak sesuai dengan Alkitab.
Menjalani hidup baru kita dengan kewaspadaan penuh
sesuai dengan rambu-rambu yang tertulis dalam Alkitab;
“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa
taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan
takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih
hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak
hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu
baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”
Filipi 2:12-13
2. Hidup Dalam Pertobatan
Mungkin kita pernah mendengar sebuah pemahaman atau
pengajaran yang mengatakan bahwa pertobatan itu hanya
satu kali saja, yakni pada saat kita mengalami kelahiran
yang baru, di mana Tuhan sudah mengampuni dosa kita di
masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Apakah itu berarti bahwa orang percaya sudah tidak dapat
berbuat dosa lagi? Apakah perbuatan yang melanggar
Firman Tuhan setelah seseorang menjadi orang percaya
tidak diperhitungkan sebagai dosa?
Simaklah teguran Tuhan Yesus kepada jemaat di Efesus:
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah
firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di
tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki
dian emas itu.
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun
ketekunanmu.
Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap
orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka
yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya
tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka
pendusta.
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku;
dan engkau tidak mengenal lelah.
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah
meninggalkan kasihmu yang semula.
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!
Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau
lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu
dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya,
jikalau engkau tidak bertobat. Wahyu 2:1-5
Ada beberapa hal yang dapat kita garis bawahi sebagai
berikut:
• Teguran ini disampaikan kepada jemaat; artinya orang
percaya yang sudah bertobat, percaya, menerima Tuhan
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta mengenal Dia
dan sedang melakukan pekerjaan-pekerjaan pelayanan.
• Jemaat di Efesus mendapat teguran yang keras dari
Tuhan Yesus karena telah meninggalkan kasih yang semula
serta mereka disuruh bertobat!
Bukankah mereka adalah orang percaya yang sudah bertobat?
Mengapa disuruh bertobat lagi?
Dalam perjalanan kehidupan kita mengiring Tuhan Yesus,
tentu kita pernah mengalami ‘pasang-surut’ kerohanian
akibat dari pergumulan, persoalan bahkan rutinitas
rohani yang membuat kasih kita kepada Tuhan menjadi
dingin. Ada kalanya bahkan membuat kita ingin mundur dan
meninggalkan Tuhan. Atau karena emosi, persoalan yang
sangat berat, bahkan kenyamanan akibat berkat yang
berkelimpahan bisa membuat kita hidup menyimpang dari
kehendak dan rencana Tuhan. Pada titik inilah kita harus
bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Itu sebabnya sangat
penting bagi kita untuk senantiasa hidup dalam
pertobatan dan menjaga hidup kita terus ‘on fire’ dengan
Tuhan. Amin! (AR)
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu
menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam
kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”
Roma 12:11-12