KEKUATAN! BUKAN KETAKUTAN
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu
berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan
pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada
orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai
sejahtera bagi kamu!"
Yohanes 20:19
Rasa takut bukan berarti kita lemah. Ketakutan adalah
bagian dari naluri manusia untuk bertahan hidup. Rasa
takut membantu seseorang menyadari akan adanya bahaya
sehingga muncul keinginan untuk menjauh dan melindungi
diri dari bahaya tersebut.
Contoh: Ketika dikejar anjing gila, maka orang yang
biasanya untuk berjalan saja sangat lambat, tiba-tiba
saja saking takutnya digigit anjing gila, ia mampu
berlari kencang, bahkan sampai melompati parit demi
untuk menyelamatkan diri dari gigitan anjing gila.
Tubuh secara alami memberikan reaksi yang membuat
seseorang tidak bisa mengabaikan perasaan yang tidak
nyaman. Tidak semua rasa takut itu sama. Ketakutan yang
berlebihan bisa juga berdampak negatif. Ketakutan yang
dipicu oleh kondisi emosional cenderung lebih bersifat
subjektif dan tidak selalu realistis. Seseorang dapat
mengalami rasa takut yang amat sangat berlebihan,
sampai-sampai tidak tahu cara untuk menghilangkan rasa
takut tersebut.
Pandemi COVID-19 adalah situasi yang penuh
ketidakpastian, sehingga menimbulkan ketakutan kepada
semua orang di dunia ini. Karena itu, tidak heran jika
kita akan mengalami kesulitan tertentu untuk melewati
masa-masa ini. Semua orang bergelut menghadapi pandemi
COVID-19. Pandemi ini sangat berdampak ke berbagai
sektor, yaitu kesehatan, pendidikan, manufaktur,
pariwisata, transportasi, sosial, dan masih banyak lagi;
sehingga hal ini rentan menimbulkan banyak persoalan
kehidupan. Pandemi ini juga membuat banyak orang merasa
bingung, cemas, takut, dan bahkan ada juga yang
frustrasi.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti dalam
kendali Tuhan. DIA mempunyai rencana bagi kehidupan
orang-orang yang berserah kepada-Nya, karena Tuhan
berkuasa menyelesaikan setiap masalah yang terjadi di
dunia ini. Ia tidak membiarkan umat-Nya binasa. Ia
menguji setiap umat-Nya dalam setiap peristiwa untuk
membangun dan membentuk kerohanian mereka. DIA sering
menggunakan krisis untuk membawa perubahan yang mendesak
dalam hidup umat-Nya.
Sebagai orang percaya seharusnya kita mengetahui
penyebab rasa takut itu muncul dan mampu mengendalikan
rasa takut tersebut, bukan malah dikuasai oleh ketakutan.
Rasa takut itu merugikan dan harus diatasi. Contohnya
adalah seperti ketakutan akan masa lalu, ketakutan akan
keadaan yang sedang dihadapi, dan ketakutan akan masa
depan yang belum pasti. Hal-hal itu bisa membuat
seseorang terjebak dalam perasaan takut yang serius,
sehingga sulit untuk membuat suatu keputusan dan mencoba
hal-hal baru dalam hidupnya.
MENANG ATAS KETAKUTAN
Bagaimana setiap orang percaya dapat menang dari
ketakutan dan menjadikannya kekuatan?
1. Alihkan Pandangan dari Masalah kepada Tuhan (Mindset
Baru)
“Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia,
katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata
kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang
percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan
danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.”
Matius 8:25-26
Kebanyakan dari mereka yang berada dalam perahu ini
adalah nelayan. Mereka tentu saja sudah terbiasa dengan
situasi laut dan badai yang bisa datang kapan pun. Namun
angin ribut kali itu pasti sangat ekstrim, sehingga
mereka menjadi sangat ketakutan dan berpikir bahwa
mereka akan binasa. Hebatnya, Yesus dapat tidur di
tengah-tengah angin ribut yang mengerikan seperti itu.
Inilah yang seharusnya terjadi pada kita yang telah
menjadi murid Yesus. Meskipun persoalan besar datang
menderu, kita tetap tenang dan tidak menjadi panik.
Perlu diingat, bahwa bukan apa yang masalah bisa perbuat
terhadap kita, tapi apa yang Tuhan bisa lakukan buat
kita.
Setiap manusia memiliki ketakutan, bahkan Tuhan Yesus
juga mengalami rasa takut ketika Ia berdoa di Taman
Getsemani. Namun, Tuhan Yesus, di dalam ketakutan-Nya,
tetap memandang kepada Bapa. Demikian juga seharusnya
kita. Jika kita melihat ada seseorang yang sepertinya
tidak takut apa-apa, mungkin orang itu bukannya tidak
takut, tetapi dia sudah berhasil mengatasi rasa takutnya.
Satu hal yang menarik, orang dewasa sekalipun bisa
merasa takut, panik atau bahkan menjadi marah oleh
karena hal-hal kecil. Namun, bila dilihat dari sudut
pandang orang lain, hal itu sama sekali tidak menakutkan.
Ini menunjukkan bahwa ketakutan itu adalah hal yang
sungguh-sungguh subjektif, tergantung kepada pribadi
lepas pribadi.
2. Tetap dalam Hadirat Tuhan
Suatu malam, para murid diguncang rasa takut setelah
Yesus mengadakan mujizat dengan memberi makan lebih dari
lima ribu orang. Tuhan meminta para murid berangkat
terlebih dahulu ke Betsaida supaya Dia dapat berdoa
sendirian. Sepanjang malam itu, ketika para murid sedang
bersusah payah mendayung melawan angin sakal, tiba-tiba
mereka melihat Yesus berjalan di atas air. Para murid
menjadi sangat ketakutan karena mengira Yesus adalah
hantu. (Markus 6:49-50)
Saat Yesus mendekat ke perahu dan murid-murid mendengar
suara-Nya "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!", maka
badai reda, dan ketakutan pun diusir. Setelah Yesus naik
ke perahu, angin kencang tiba-tiba berhenti dan mereka
dapat melanjutkan perjalanan, hingga tiba di pantai
dengan selamat. Ketika Tuhan hadir dalam hidup setiap
orang percaya, maka semua badai hidup yang membuat
ketakutan akan diubah menjadi damai sejahtera dan
kekuatan.
Rasul Paulus menasehati di dalam 2 Timotius 1:7,
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,
melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban.”
Dari ayat ini, kita belajar bahwa Roh Kudus adalah Sang
Penolong yang selalu mendampingi kita, berdiam di dalam
kita, memberikan kita damai sejahtera dan mengusir roh
ketakutan di dalam setiap orang yang tetap tinggal di
dalam hadirat Tuhan.
3. Melangkah Maju Bersama Tuhan
Pemazmur menulis,
“Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya
berkenan kepada-Nya”
Mazmur 37:23
Mazmur tersebut selanjutnya memberikan gambaran indah
tentang pemeliharaan Allah yang setia atas siapa pun
yang mau berjalan bersama-Nya.
“Taurat Allahnya ada di dalam hatinya,
langkah-langkahnya tidak goyah.” (ayat 31)
Melangkah maju bersama Tuhan menunjukkan bahwa tanpa
Tuhan seseorang tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes
15:5)
Melangkah maju bersama Tuhan mempunyai implikasi bahwa
Tuhan terlibat dalam semua aspek kehidupan. Ia yang
memegang kendali kehidupan kita. Ia mau supaya kita
dalam semua aktivitas hidup kita berada bersama Dia,
karena ada jaminan bahwa bersama Tuhan setiap orang
percaya akan mengalami hal-hal yang ajaib. Kita akan
mengalahkan musuh dan menjadi pemenang. Semakin lama
kita berjalan bersama Tuhan, maka kita akan semakin kuat
dan apa saja yang kita kerjakan dan usahakan pasti
berhasil. Kesadaran akan penyertaan Tuhan akan
memberikan rasa aman dan damai sejahtera yang akan
menghilangkan ketakutan.
Dapat kita simpulkan bahwa setiap orang tidak bisa
menghindari ketakutan, karena itu adalah naluri manusia,
tetapi jangan sampai seseorang terjebak dalam ketakutan
yang berlebihan, karena akan membawa dampak buruk bagi
kehidupan. Setiap orang percaya bisa mengubah ketakutan
menjadi kekuatan, yaitu dengan cara mengalihkan
pandangannya untuk tidak fokus kepada masalah, tetapi
kepada Tuhan Yesus Kristus. Pada saat yang sama, setiap
orang percaya harus tetap tinggal di dalam hadirat Tuhan
yang memberikan damai sejahtera dan kekuatan, dan yang
terpenting adalah ia harus berjalan maju bersama Tuhan
setiap hari. Tuhan Yesus memberkati berlimpah-limpah.
(DS)