KEAGUNGAN JUMAT AGUNG
“Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum
Taurat dengan darah,
dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan."
Ibrani 9:22
Jumat Agung merupakan salah satu hari raya utama umat
Kristiani. Jumat Agung memiliki posisi yang istimewa.
Walau perayaan ini hanya terpisah 3 hari sebelum hari
raya Paskah, Jumat Agung bukanlah sekedar pendahuluan
atau pengantar menuju Paskah, melainkan memiliki
keagungannya tersendiri. Sesungguhnya, dapat dikatakan
bahwa Jumat Agunglah inti dari Paskah. Tanpa penderitaan
dan kematian Tuhan Yesus di kayu salib, tidak akan
pernah ada kebangkitan dan kemenangan di kubur itu.
Tanpa kematian di hari Jumat yang Agung itu, tidak
mungkin ada kebangkitan yang mulia berkemenangan di hari
Paskah.
KEMATIAN YANG MENGHIDUPKAN
Sejak manusia jatuh dalam dosa, dan kehilangan kemuliaan
Tuhan. Keabadian meninggalkan manusia. 'Imago Dei',
gambar Allah yang awalnya dimiliki manusia telah pergi
meninggalkan penerima mandat atas bumi ini. Manusia
menjadi fana dan di mata kekekalan, manusia yang
berbatas usia itu terlihat sudah mati.
Bukan hanya usia, kemampuan-kemampuan yang dimilikinya
menjadi cacat. Manusia seharusnya secara supranatural
mampu membangun hubungan karib dan melekat dengan Allah,
mampu melaksanakan perintah pencipta-Nya, termasuk juga
seharusnya mampu mengelola bumi ini. Kemampuan-kemampuan
itu telah mengalami degradasi, hingga hanya dapat
mengandalkan kekuatan dirinya sendiri. Hanya beberapa
pribadi yang masih dapat memelihara hubungan dengan
Tuhan. Seiring dengan waktu dan dosa, usia manusiapun
makin pendek dan tak ada harapan. Semua usaha manusia
untuk kembali kepada Tuhan, untuk selamat dari kematian
menjadi sia-sia. (Roma 3:20)
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
Atas inisiatif Allah Bapa, maka Yesus Kristus, Anak
Allah akhirnya datang pertama kali ke dunia untuk
menebus dosa manusia yang menjadi sumber permasalahan.
Upah dosa seharusnya adalah maut, tetapi Ia datang untuk
memberi hidup, bahkan hidup dalam segala kelimpahannya
(Roma 6:23; Yohanes 10:10b)
Dan cara untuk memberikan hidup itu, hanya dengan jalan
kematian. Ia harus mati di kayu salib untuk menebus
semua dosa dunia dan mengadakan pertukaran, dengan
sebuah Password atau kata kunci: “percaya.”
Semua manusia yang percaya kepada-Nya, menerima
pertukaran dari apa yang seharusnya menimpanya.
Kesakitan ditukar dengan kesembuhan, kutuk ditukar
dengan berkat, hukuman ditukar dengan pengampunan, dosa
ditukar dengan pembenaran, kemiskinan ditukar dengan
kelimpahan, dipermalukan ditukar dengan kemuliaan, dan
penolakan Bapa ditukar dengan penerimaan.
Semua orang percaya mendapat hak menjadi anak Allah.
(status adopsi - Yohanes 1:12) Kematian ditukar dengan
kehidupan kekal, bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Kalimat terakhir ini memiliki arti, bahwa oleh Jumat
Agung, manusia yang tadinya dipandang mati, sekarang
memiliki peluang untuk dipandang hidup dalam perspektif
kekekalan.
“Redemption is not just about the survival of our soul.
Its about the revival of a soul that was once dead.”
Rebekah Hallberg
JUSTIFICATION - KEHIDUPAN BARU DAN ROH YANG BARU
Bila orang Kristen berpikir bahwa penebusan di kayu
salib itu, hanya untuk supaya orang percaya mendapatkan
pembenaran yaitu tiket untuk masuk surga, maka itu
sungguh mengecilkan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus
di kayu salib itu.
Penebusan atau pembenaran (Justification) adalah seperti
fondasi untuk penggenapan suatu janji yang berabad-abad
dinubuatkan Yehezkiel. (Yehezkiel 11:19; 36:26; 37:14)
Nubuatan ini sejalan dengan perintah, ajaran dan janji
Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke surga, yaitu akan
datangnya Roh Kudus untuk tinggal di hati manusia. Darah
yang menyucikan hati orang percaya itu akan
mempersiapkan sebuah rumah kudus untuk Roh yang Kudus
tinggal. Tanpa Jumat Agung, janji tentang Roh Allah yang
akan tinggal dalam diri orang percaya tidak dapat
digenapi.
Paulus mengatakan bahwa Roh yang telah memberi hidup itu
memerdekakan orang percaya dari hukum dosa. (Roma 8:2)
Dalam ayat lain, Tuhan Yesus berkata bahwa Rohlah yang
memberi hidup, daging sama sekali tak berguna. (Yohanes
6:63)
Ternyata kehidupan yang dimaksudkan bukan hanya karena
penebusan, tetapi juga karena sejak itu, Roh yang
menghidupkan itu sekarang berpeluang masuk dalam diri
orang percaya. Roh yang memberi hidup tinggal dalam
orang percaya dan Jumat Agunglah yang akan mendobrak
hingga peluang yang mustahil itu terjadi.
SANCTIFICATION - ROH KUDUS DAN MANUSIA BARU
Korban di kayu salib membuka jalan untuk justification,
dan justification kemudian membuka jalan bagi Roh Kudus
tinggal dalam diri orang percaya. Roh Kudus yang oleh
pembenaran orang percaya mendapat jalan untuk dapat
tinggal dalam diri orang percaya, ternyata tidak hanya
memberi kehidupan. Roh Kudus juga yang kemudian memimpin
orang percaya kepada segala kebenaran, dan bila diberi
kesempatan memimpin hidup orang itu, Roh Kudus akan
melakukan perubahan di dalam diri manusia sehingga dia
menjadi manusia baru.
Roh Kudus dengan demikian melakukan perubahan dari dalam
diri manusia baru, ini yang dikenal sebagai pengudusan
(sanctification). (Yohanes 16:13; Galatia 5:18)
Manusia baru ini memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus.
Dan Roh Kudus ini akan memimpin dengan mengubah pola
pikir, respon, tindakan, kebiasaan dan karakter manusia
lama menjadi manusia baru. Roh Kudus yang memungkinkan
buah Roh muncul menggantikan perbuatan daging. Proses
pengudusan karakter ini akan berjalan terus hingga
berujung pada gambar Kristus (Imago Dei) kembali.
(Galatia 5:16-25)
Manusia baru juga akan dipimpin untuk hidup dengan nilai
dan cara hidup seperti Yesus hidup, diantaranya adalah
hidup yang didedikasikan untuk melakukan kehendak Yesus
dan rencana Bapa. Manusia baru yang dipimpin Roh Kudus
untuk hidup bukan demi diri sendiri, tetapi demi orang
lain disekitarnya, demi bangsanya, dan demi Kerajaan
Allah (termasuk demi sang Raja sendiri). Ini akan
berdampak pada berubahnya cita-cita, prioritas, visi,
dan arah kehidupan. Mereka yang hidup dengan cara
demikian, dipandang sebagai manusia baru yang bertumbuh,
dan Alkitab menyebutnya sebagai Anak Allah yang dewasa;
siap menerima warisan bersama dengan Yesus sebagai anak
sulung Allah, dan memerintah bersama Dia. Semua ini
dimungkinkan terjadi karena sebuah hari istimewa, yaitu:
Jumat Agung. (υἱός - Huios; Roma 8:14)
GLORIFICATION
Bila Jumat Agung menjadi pembukanya, maka hari yang
mulia nanti akan tiba, bertemunya Tuhan Yesus yang Agung
dengan mempelainya yang kudus, akan menjadi ujung
perjalanan manusia baru dalam Kristus. Momen penting
yang dinantikan seluruh alam semesta. Hari Tuhan yang
tidak lama lagi itu akan tiba ada di depan mata semua
orang percaya.
Peralihan dari sanctification menuju glorification,
tentu saja tidak akan melepaskan peran darah Yesus, Roh
Kudus dan firman sebagai saksi, namun juga peran manusia
baru itu sendiri. Hanya satu kata yang diminta dari
seorang percaya dalam proses ini, yaitu: Kesetiaan. (Why
17:14)
Hal terpenting bukanlah bagaimana kita memulai
perjalanan iman kita, kapan memulainya, dengan siapa
menjalaninya, apa karunia yang dimiliki, apa jabatan
rohani kita, apa yang sudah kita lakukan. Hal-hal itu
penting bila akhirnya dapat mendukung dan menentukan
bagaimana orang percaya mengakhiri perjalanannya.
Itulah sebabnya, pertanyaan penutup ini menjadi
pertanyaan bagi kita semua, “Apakah di mata Tuhan, saya
termasuk yang setia?” Amin. (JR)