JALAN SALIB, JALAN KEMENANGAN
Ketika Rasul Paulus menulis suratnya
yang kedua kepada jemaat Korintus, ia menjelaskan
beberapa situasi dan kendala yang ia hadapi dalam
memberitakan Injil Kristus. Namun ia tidak memandang
semua itu sebagai sebagai sesuatu yang melemahkan
semangatnya, justru sebaliknya.
Dalam 2 Korintus 2:14, Paulus berkata,
“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu
membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan
kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di
mana-mana.”
Mungkin kita dengan cepat mengaminkan ayat ini dengan
berkata: “Ya! Saya juga percaya selalu dibawa Tuhan di
jalan kemenangan-Nya!”, tetapi apakah jalan kemenangan
yang dimaksud oleh ayat ini? Apakah kemenangan di sini
diartikan sebagai berkat materi? Mari kita simak
penjelasan dari ayat tersebut yang ternyata sarat dengan
makna dan perenungan yang dalam tentang tujuan hidup
orang Kristen.
Istilah “jalan kemenangan” atau triumphal procession
memiliki gambaran tradisi kerajaan Romawi yang selalu
melakukan parade atau arak-arak kemenangan militer
setelah Pasukan Romawi kembali dengan kemenangan
gilang-gemilang dari sebuah pertempuran atau peperangan.
Biasanya, setelah mereka menang perang, sang Jenderal
akan kembali ke kota Roma dengan gegap gempita dan sorak
sorai disertai dengan iringan tahanan perang yang nanti
akan dihukum mati di kota Roma atau dijadikan budak.
Tentu Paulus sangat familiar dengan parade ini karena
ini adalah peristiwa yang meriah yang dirayakan hampir
oleh seisi kota Roma.
Ketika kita mengerti latar belakang ini, maka sungguh
mencengangkan, Paulus berusaha menjelaskan bahwa dia
bukanlah sang Jenderal perang tersebut atau komandan
perang yang berjalan bersama dengan bangga; tetapi
Paulus adalah tawanan perang itu sendiri! Paulus
menggambarkan dirinya sebagai tawanan perang yang diarak
menuju kematiannya sebagai martir demi menyebarkan aroma
Injil kemanapun dia pergi.
Coba perhatikan beberapa ayat lain yang Paulus tulis
mengenai perjalanan dan kehidupan pelayanannya:
• “Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada
kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama
seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati ,
sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi
malaikat-malaikat dan bagi manusia.” (1Korintus 4:19)
• “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi
hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan
menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya
kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” (2
Korintus 1:9)
• “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh
kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam
tubuh kami.” (2 Korintus 4:10)
Bagaimana kita bisa memahami ayat-ayat yang keras
seperti ini? Sesungguhnya, Paulus sedang mengajarkan
bahwa jalan kemenangan di dalam kehidupan orang percaya
adalah jalan salib: orang-orang yang mengerti bahwa
mengikut Yesus itu ada harga yang harus dibayar, dan
Yesus sudah memberikan yang terbaik yaitu nyawa-Nya
sendiri sehingga sudah sepatutnya kita hidup bagi
Kristus! (1 Korintus 6:20; Galatia 2:20).
Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan dan menghidupi
penderitaan Kristus ketika Dia memikul Salib
menggantikan kita. Memang, kita tidak bisa menggantikan
karya Kristus di kayu salib. Tetapi kuasa Salib dan
pesan kematian Yesus harus selalu hadir dalam kehidupan
dan pelayanan kita! Inilah yang Paulus maksudkan ketika
dia berkata “…Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan
keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.” Apakah kita
dikenal sebagai orang yang menyebarkan Injil dan Kabar
Baik itu dimana-mana? Apakah lewat hidup kita, orang
boleh melihat Kristus dan Injil itu nyata?
Jika kita tidak memberitakan Injil, entahkah itu melalui
perkataan atau kehidupan yang kita jalani, maka karya
penebusan Kristus di salib menjadi sia-sia. Paulus sudah
berbicara di dalam 1 Korintus 1:17-18,
“Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis,
tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan
hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi
sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah
kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita
yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan
Allah.”
Paulus menekankan bahwa hidupnya --artinya juga hidup
semua orang percaya-- adalah memberitakan Injil dengan
kuasa Roh Kudus agar lebih banyak jiwa-jiwa yang
diselamatkan, sekalipun mungkin ada orang-orang yang
menganggap pemberitaan Injil maupun kehidupan kita
sebagai pengikut Kristus sebagai suatu kebodohan.
Kita juga bahkan tahu bahwa ada orang-orang yang mungkin
bahkan sampai menganiaya orang-orang percaya yang
memberitakan Injil dan membuat hidup pengikut Kristus
dalam penderitaan, tetapi itu semua tidak boleh
menghentikan pemberitaan Injil kita dan tidak boleh
menghentikan kehidupan kita sebagai orang percaya yang
berdasar pada kebenaran firman-Nya dan tuntunan Roh
Kudus. Sebab akan selalu ada orang yang meresponi
pemberitaan Injil dan bagi mereka Injil itu adalah bau
yang harum; bau yang membawa kehidupan dan kemenangan.
Dari paparan ini sekarang kita mengerti, bahwa kehidupan
yang kita jalani sebagai pengikut Kristus, entahkah itu
dalam keadaan suka maupun duka, entahkah itu dalam
keadaan diberkati atau sedang mengalami beban dan
pergumulan hidup, semuanya dapat digunakan sebagai
kesaksian bagaimana Kristus bekerja di dalam dan melalui
kita.
• Keadaan yang baik, sukacita dan berkat-berkat yang
kita terima dari Tuhan menjadi kesaksian bagaimana Tuhan
mengasihi dan memberkati kita.
• Namun melalui jalan salib yang kita jalani, itu pun
menjadi kesaksian bagaimana Kristus yang kita sembah dan
taati terbukti setia menjaga, merawat, membela dan
memberi kekuatan serta kemenangan bagi kita.
Kita mengabarkan Injil bukan saja melalui perkataan kita,
melainkan juga melalui seluruh aspek kehidupan kita,
termasuk jalan salib yang kita hidupi. Kehidupan kita
sebagai pengikut Kristus dalam menempuh jalan salib itu,
menjadi bukti akan penyertaan Kristus dan menjadi bukti
bahwa mengikut Kristus adalah jalan kemenangan! (DAP)