DIMENSI BARU DALAM KELUARGA
"Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan
menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,
apabila engkau mendengarkan, perintah Tuhan, Allahmu,
yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,
dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke
kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada
hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah
kepadanya."
Ulangan 28:13-14
Adalah merupakan kehendak Allah, agar setiap anak-Nya
mengalami kebenaran Firman-Nya. Dunia berpendapat, hidup
ini seperti roda yang berputar, bisa di bawah, tetapi
satu waktu bisa juga di atas, dan harus bersiap kembali
untuk turun. Namun berbeda dengan apa yang dikatakan
Firman Tuhan. Engkau akan naik dan bukan turun, engkau
menjadi kepala bukan ekor. Allah senantiasa rindu untuk
setiap anak-anak-Nya mengalami hal-hal yang lebih baik
dari waktu sebelumnya. Hal inilah yang disebut dengan
dimensi yang baru dalam keluarga.
CIRI KELUARGA YANG MENGALAMI DIMENSI YANG BARU
1. Lebih Sehati
Bila suami istri sehati, maka orangtua dengan anak akan
lebih mudah untuk sehati. Sehati bukan berarti seragam,
semuanya sama, bukan. Sehati berasal dari kata 'sumphoneo'
(Yunani), yang diterjemahkan ke 'symphony'. Berbagai
instrumen musik yang berbeda, tetapi mereka bermain di
nada dan kunci yang sama, maka keluarlah alunan nada
yang indah didengar. Sehati berarti semua anggota
keluarga berbeda, tetapi mereka sepakat, berkomitmen
untuk menyinergikan perbedaan mereka, bukan
mempertentangkannya. Janji Firman-Nya bila dua orang
sepakat, apapun doa mereka, Bapa di sorga akan menjawab.
(Matius 18:19).
2. Lebih Mudah Mengampuni
Dalam perjalanan keluarga, merupakan satu hal yang alami
bila terjadi konflik, baik antara suami istri, antara
orangtua dengan anak, dan antara sesama anak. Karena
setiap pribadi memiliki kepribadian yang berbeda satu
dengan yang lain, kesukaan yang berbeda, dan gaya yang
berbeda. Hal-hal inilah yang dapat menimbulkan konflik
dalam keluarga. Pribadi yang dewasa kerohaniannya akan
lebih mudah untuk mengampuni karena kasih menutupi
banyak dosa.
Pribadi yang dapat mengampuni bukanlah pribadi yang
lemah dan kalah, justru sebaliknya. Mereka yang mudah
mengampuni merupakan pribadi yang kuat dan pemenang.
Walaupun ia telah dikecewakan, bahkan mungkin dirugikan
secara materi dan moril, tetapi ia tetap mengampuni. (Matius
6:14-15)
Bila kita mengampuni, hal itu tidak berarti menyetujui
kesalahan orang, menganggap kesalahan itu tidak pernah
terjadi, memberikan kesempatan pada orang lain untuk
memanfaatkan kita. Dalam teks Ibrani dipakai kata 'nasa'
yang artinya mengangkat, memikul, memaafkan, mengampuni,
membawa pergi, menyingkirkan.
Dalam teks Yunani dipakai kata 'aphete' (dalam bentuk
aktif orang kedua, jamak) artinya merelakan, membiarkan
berlalu, seperti orang yang tidak menuntut orang lain
membayar hutangnya.
Pribadi yang tidak dapat mengampuni, hidupnya
dikendalikan oleh orang lain yang menyakitinya. Bila ia
teringat akan pribadi itu, maka emosinya menjadi labil
dan marah.
3. Lebih Rendah Hati
Lukas 14:11. Firman Tuhan berkata,
"Orang yang merendahkan diri, akan ditinggikan oleh
Tuhan, tetapi siapa yang meninggikan diri akan
direndahkan."
Penyebab utama mengapa keluarga dapat hancur, adalah
karena kesombongan. Bila masing-masing saling menuntut
dan tidak siap mengalah karena merasa hanya dirinya yang
paling benar, maka keluarga akan hancur.
4. Lebih Bahagia
Keluarga yang lebih sehati, lebih bisa mengampuni dan
lebih rendah hati, akan menjadi lebih bahagia karena ia
tidak memiliki ganjalan dalam hati, memiliki banyak
teman, dan tidak memiliki musuh. Sebaliknya keluarga
yang tidak sehati, tidak mau mengampuni dan tidak mau
merendahkan diri, merupakan keluarga yang sering
mengalami pertengkaran.
CARA KELUARGA MENGALAMI DIMENSI YANG BARU
Agar keluarga dapat mengalami dimensi yang baru, maka
setiap anggota keluarga harus hidup dalam kebenaran
Firman-Nya, ada yang menjadi bagian Tuhan, ada juga yang
menjadi bagian kita. Harus ada perjuangan dan usaha yang
gigih yang harus kita lakukan untuk mengalami dimensi
yang baru.
Beberapa hal penting yang harus kita lakukan, yaitu:
1. Mendengarkan Perintah Tuhan
Mendengarkan perintah Tuhan berarti perlu menyediakan
waktu untuk duduk di kaki Tuhan. Mengadakan mezbah
keluarga dan saat teduh pribadi merupakan sarana yang
indah untuk mendengarkan suara Tuhan dalam keluarga.
2. Melakukan Firman Tuhan dengan Setia
Setelah mendengarkan Firman Tuhan, langkah berikutnya
ialah melakukan Firman Tuhan dengan setia. Masing-masing
anggota keluarga menjalankan perannya. Suami menghormati
istri sebagai pewaris tahkta kasih karunia Allah,
sebagai imam, nabi dan raja/kepala. Istri sebagai
penolong, pendamping dan penghibur/penopang bagi suami
dan anak. Anak menghormati orangtua.
3. Tidak Menyimpang ke Kanan atau ke Kiri
"Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan
sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan
seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh
hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang kekanan atau ke kiri,
supaya engkau beruntung, kemanapun engkau pergi." (Yosua
1:7)
Dalam setiap keadaan tetap berpegang kepada kebenaran
Firman Tuhan, tidak berkompromi dengan dosa. Berani
menyatakan kebenaran walaupun diperhadapkan dengan
risiko yang tidak ringan.
4. Siap Meninggalkan Area Nyaman
"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di
tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara.
Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai
biji mata-Nya. Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi
sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya,
mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan
mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri
menuntun dia, dan tidak ada Allah asing menyertai dia."
(Ulangan 32:10-12)
Induk rajawali pada waktu yang tepat menggoyang
bangkitkan sarangnya, sehingga anaknya tidak dapat
tinggal tenang, karena terus digoyang, pada saat itulah
anak burung rajawali mulai belajar terbang. Kadang kala
bisa terjatuh, tetapi dengan cepat induk burung rajawali
mendukungnya di atas kepaknya. Demikianlah gambaran
setiap anak Tuhan yang harus siap meninggalkan area
nyaman, ketika Tuhan mengizinkan berbagai masalah.
Meninggalkan area nyaman justru dapat menimbulkan
kreativitas-kreativitas baru dan menggunakan potensi
yang telah Tuhan berikan secara maksimal. (JS)