BANGKIT DARI KEGAGALAN
“Kata Yesus kepadanya untuk ketiga
kalinya, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi
Aku?" Petrus pun merasa sedih karena Yesus berkata untuk
ketiga kalinya, "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia
berkata kepada-Nya, "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus
kepadanya, "Peliharalah domba-domba-Ku.”
Yohanes 21:17, TB2
'Kegagalan' lebih dari sekedar sebuah kata, melainkan
sebuah fakta dan situasi yang pernah dialami oleh semua
orang. Hampir tidak ada orang yang tidak pernah gagal.
Dibalik keberhasilan dan kesuksesan yang dialami
seseorang, tidak sedikit kegagalan yang menjadi
pembelajaran serta cambuk yang memotivasinya untuk
berproses sehingga mengalami kemajuan. Petrus pernah
mengalami kegagalan. Gagal dalam mewujudkan janjinya
kepada Tuhan Yesus, sekalipun pada saat itu Tuhan Yesus
sudah mengingatkannya apa yang akan terjadi.
“Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi
kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk
engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau
engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Jawab Petrus kepada-Nya, "Tuhan, aku bersedia masuk
penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" Namun,
Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, Petrus: hari ini
ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali
menyangkal bahwa engkau mengenal Aku." Namun, Petrus
berkata, "Pak, aku tidak tahu apa yang engkau katakan."
Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah
ayam.
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Teringatlah
Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya, "Sebelum
ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali
menyangkal Aku." Ia pun pergi ke luar dan menangis
dengan sedih.”
Lukas 22:31-34, 60-62, TB2
Dalam situasi seperti ini, ada dua perspektif yang
berbeda, yakni perspektif Petrus terhadap diri
pribadinya dan perspektif Tuhan Yesus terhadap Petrus.
Petrus melihat dirinya sebagai orang yang gagal, itu
sebabnya setelah ayam berkokok dan Tuhan Yesus memandang
kepadanya, ia sadar bahwa ia telah menyangkal Tuhan
Yesus sebagaimana pernah diberitahukan kepadanya. Hal
ini membuat Petrus terpukul dan merasakan kesedihan yang
mendalam karena penyangkalannya.
Namun perspektif Tuhan Yesus berbeda, Tuhan Yesus tahu
bahwa Petrus akan menyangkal diri-Nya dan sudah
mengingatkan Petrus. Tuhan tahu bahwa apa yang Petrus
lakukan bukan karena Petrus tidak lagi mengasihi
diri-Nya sebagai Gurunya, juga bukan karena Petrus tidak
lagi percaya kepada-Nya. Tetapi karena secara rohani dia
telah menjadi lemah ketika menghadapi pencobaan.
Dalam konteks percakapan yang sama, Kristus juga
menyatakan bahwa apa yang dialami Petrus merupakan salah
satu bentuk penampian Iblis. Jadi di satu sisi Iblis
mencoba menghancurkan Petrus, tetapi di sisi lain Tuhan
Yesus sedang membentuk dalam diri Petrus suatu karakter
kerendahan hati untuk bersandar pada Allah.
Yesus selanjutnya juga berpesan kepada Petrus agar
dikemudian hari ia menguatkan para saudaranya (Lukas
22:31-32). Setelah peristiwa Pentakosta, kita melihat
bahwa pesan Tuhan Yesus ini digenapi. Petrus yang
dipenuhi oleh Roh Kudus menunjukkan komitmen dan
kesetiaan yang luar biasa dalam pelayanan pemberitaan
Injil, sebagaimana yang dicatat dalam kitab Kisah Para
Rasul. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tidak ingin Petrus
terus berada dalam suasana hati yang sedih, kecewa pada
diri sendiri serta merasa terintimidasi akibat
penyangkalannya terhadap Tuhan Yesus. Paska
kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus mengagendakan untuk
menjumpai murid-murid-Nya, secara khusus kepada Petrus
untuk melakukan restorasi dan rehabilitasi.
Menurut Merriam Webster Dictionary, 'restorasi' berarti
an act of restoring or the condition of being restored:
a bringing back to a former position or condition (tindakan
memulihkan atau kondisi yang dipulihkan: membawa kembali
ke posisi atau kondisi sebelumnya), dan rehabilitasi
berarti the process of restoring someone to a useful and
constructive place in society (proses mengembalikan
seseorang ke tempat yang berguna dan konstruktif dalam
masyarakat).
Pengertian yang senada juga kita temukan dalam Cambridge
Dictionary, dimana restorasi berarti the act or process
of returning something to its earlier good condition or
position, or to its owner (tindakan atau proses
mengembalikan sesuatu ke kondisi atau posisi semula,
atau kepada pemiliknya) dan rehabilitasi dimaknai
sebagai the process of returning to a healthy or good
way of life, or the process of helping someone to do
this after they have been in prison, been very ill, etc.
(proses kembali ke cara hidup yang sehat atau baik, atau
proses membantu seseorang untuk melakukan hal ini
setelah mereka berada di penjara, sakit parah, dll).
Berdasarkan pengertian di atas, paling tidak dapat kita
simpulkan bahwa dalam konteks pembahasan kita, restorasi
berarti tindakan Yesus untuk memulihkan Petrus yang
dalam keadaan terpuruk akibat kegagalan dalam menepati
komitmennya kepada Yesus dan rehabilitasi berarti
tindakan Yesus untuk menempatkan kembali Petrus ke
posisi dan peran yang berguna dan konstruktif dalam
komunitas orang percaya dan masyarakat.
Restorasi dan rehabilitasi terhadap Petrus dilakukan
Tuhan Yesus dengan dengan cara yang luar biasa:
1. Menegaskan Kasih Petrus Kepada-Nya, Bukan Kesalahan
Petrus Kepada-Nya
Tuhan Yesus tidak datang kepada Petrus dan menegaskan: "betul
kan apa yang Ku katakan? Makanya jangan sok jago, kamu
akhirnya menyangkali Aku dan kabur kan? Takut mati juga
kan?" Sebaliknya, Dia datang kepada Petrus dan
menanyakan serta menegaskan kasih Petrus kepada-Nya
sebanyak 3 kali, "Simon anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?"
Dari peristiwa ini kita melihat bagaimana Tuhan Yesus
memberikan ruang bagi kesalahan untuk membuat seseorang
belajar dari pengalaman tersebut. Mengingatkan dan
menegaskan kesalahan tidak akan membuat Petrus bangkit
dan jadi pemenang, sebaliknya justru akan membuat Petrus
makin terintimidasi dan terpuruk dengan penyesalan dan
perasaan gagalnya. Tetapi penegasan akan kasihnya kepada
Tuhan Yesus memulihkan Petrus dan membuatnya bangkit
kembali.
Amsal 10:12 menyatakan:
“Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih
menutupi segala pelanggaran.”
Dengan inspirasi Roh Kudus, pengalaman itu yang ia
bagikan kepada yang lain melalui suratnya:
“Yang terutama: Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan
yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”
1 Petrus 4:8, TB2
Bagi kita yang saat ini sedang merasakan kegagalan dalam
komitmen kita mengasihi, mengiring dan melayani TUHAN,
jangan menghindar dan lari dari TUHAN. Sebaliknya mari
kita mendekat kepada-Nya dengan jujur dan hancur hati,
izinkan kasih-Nya menjamah kita dan memulihkan kita.
Para pemimpin rohani penting sekali untuk bersikap dan
bertindak bijaksana terhadap orang yang di pimpin dan
bimbing, khususnya mereka yang mengalami kegagalan atau
merasa gagal. Bawa mereka kembali kepada komitmen mereka
untuk mengasihi Tuhan Yesus dan izinkan kasih Tuhan
Yesus memulihkan mereka, sehingga mereka bangkit dan
jadi pemenang!
2. Memberikan Petrus Tugas dan Tanggung Jawab
Penggembalaan
Kontra dengan situasi kebanyakan yang dialami oleh
pelayan Tuhan di masa sekarang ini. Ketika seseorang
melakukan kesalahan dan bertobat kemudian mengalami
pemulihan, tidak sedikit yang harus memulai kembali
pelayanannya dari nol, seperti kalimat pamungkas yang
disampaikan petugas pom bensin: "dimulai dari nol yaa..."
artinya seseorang harus mulai merangkak kembali dalam
pelayanannya dari awal. Hal itu terjadi karena semua
jabatan dan tanggung jawabnya dilucuti saat dia
melakukan pelanggaran.
Jika kita menyimak peristiwa yang dicatat Yohanes dalam
bacaan kita di atas, Tuhan Yesus memiliki pendekatan
yang berbeda. Saat memulihkan Petrus, Tuhan Yesus juga
melakukan rehabilitasi bagi Petrus dengan memberikan
tanggung jawab: "Gembalakanlah domba-domba-Ku..." (ayat
16-17) dan kita melihat bagaimana Petrus menjadi soko
guru pada era gereja mula-mula.
Tentunya hal ini tidak kemudian menjadi pola
rehabilitasi yang dapat diberlakukan kepada semua orang.
Seorang pemimpin rohani perlu bisa menilai kesungguhan
pertobatan dari staf atau anak rohani yang
digembalakannya, serta potensi yang bersangkutan dalam
pelayanan dan kepemimpinan. Dengan demikian proses
rehabilitasi terjadi kepada orang yang tepat, pada saat
yang tepat dan posisi yang tepat.
Mengingat peristiwa restorasi dan rehabilitasi yang
dikerjakan Tuhan Yesus kepada Petrus, teringatlah kita
akan pesan yang disampaikan Gembala Jemaat Induk, Bapak
Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo mengutip firman yang
tertulis dalam Mazmur 37:23-24,
"Perlu dicatat, sebagai orang-orang yang berkenan kepada
Tuhan kita bisa jatuh ke dalam berbagai macam kegagalan
dan masalah, tetapi Alkitab berkata kita bisa jatuh tapi
tidak sampai tergeletak sebab Tuhan menopang tangan kita.”
Amin!
Sebagai pribadi yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus,
mungkin kita juga pernah bahkan sering gagal dalam
memenuhi komitmen kita untuk setia kepada Dia. Hal ini
mungkin terjadi karena kita cenderung menggunakan
kekuatan kita sendiri dalam mempertahankan komitmen
tersebut.
Oleh karena itu, agar kita tidak terjebak dalam
kegagalan terus menerus, marilah kita bersandar pada
kekuatan, pengurapan serta penyertaan Roh Kudus.
Apabila suatu saat kita harus mengalami kegagalan,
janganlah kita cepat berputus asa, tetapi perbaharuilah
komitmen kita itu dengan tetap bersandar dan
mengandalkan kekuatan Roh Kudus. Tuhan Yesus - baik
secara langsung maupun melalui pemimpin rohani yang Dia
tempatkan di atas kita, akan merestorasi dan
merehabilitasi kita untuk bangkit dan jadi pemenang!
(DL)