Shalom..., Selamat Datang di GBI MALL TAMAN ANGGREK - GBI SEASON CITY

Renungan

KEKRISTENAN YANG OTENTIK

Di dalam sebuah persidangan, bukti yang otentik adalah bukti yang sah dan tidak bisa disangkal lagi sehingga bukti otentik adalah merupakan dasar bagi seorang hakim mengambil keputusannya. Demikian juga Allah sebagai Hakim yang Adil, Ia mau memberkati umat-Nya namun sebelumnya Ia perlu melihat dulu adakah “bukti otentik“ sebagai dasar bagi-Nya dalam mengambil keputusan untuk memberkati kita?

Orang Kristen yang sejati, yang asli / otentik adalah yang memiliki “Kemurahan Hati.“ Tuhan Yesus berkata: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36). Yakobus juga menulis: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.“ (Yakobus 1:5). Jadi kemurahan hati itu merupakan karakter dari Allah itu sendiri. Selain merupakan karakter Allah, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya suatu rahasia untuk memiliki kehidupan yang bahagia adalah dengan memiliki kemurahan hati. Ketika Ia berada di dunia, Ia mengajarkan tentang nilai, kultur/budaya Kerajaan Allah. Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.“ (Matius 5:7). Secara teologis ucapan berbahagia di Matius 5:7 dapat dianggap sebagai konstitusi baru dari Kerajaan Allah yang berbeda dengan pandangan dunia.

Dunia juga bisa memberikan kebahagiaan seperti uang, jabatan, promosi, popularitas dan lain-lain, namun kebahagiaan yang dunia berikan itu bukan kebahagiaan yang sifatnya kekal tapi hanya sementara dan bukan kebahagiaan yang sejati. Sebaliknya, kebahagiaan yang Allah berikan itu adalah kebahagiaan yang sejati dan bersifat kekal karena Allah itu kekal. Di dalam Perjanjian Lama pada intinya Allah menetapkan kalau bangsa Israel mentaati hukum-hukum Taurat maka mereka akan diberkati. Ketaatan itu meliputi ketaatan-ketaatan di dalam area tindakan secara fisik yang ditimpali dengan berkat-berkat fisik pula. Sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengajarkan sikap-sikap hati yang kalau kita letakkan di dalam hidup kita maka kita akan menjadi orang yang berbahagia diberkati dalam arti yang sesungguhnya, yaitu berkat yang kekal dan sempurna.

SEORANG WANITA YANG MENJADI TELADAN BAGI KITA
Ribka adalah contoh yang baik bagi kita, ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi istri dari Ishak putra Abraham, seorang sahabat Allah dan seorang yang kaya raya. Ribka tidak pernah membayangkan bahwa setelah sekian generasi ia akan menjadi nenek buyutnya raja Daud dan namanya tercatat di dalam Alkitab sebagai wanita yang luar biasa. Mengapa Ribka bisa mendapatkan semua itu? Karena ia memiliki kemurahan hati sehingga Allah berkenan kepadanya. Jika kita membaca dan menganalisa di Kitab Kejadian 24:10-21, maka kita akan menemukan kemurahan hati yang ada pada Ribka. Ribka tidak pernah tahu bahwa orang asing yang ia temui di sumur itu adalah hambanya Abraham. Yang Ribka tahu adalah ia harus berbuat baik kepada orang yang minta pertolongan bahkan ia memberi lebih dari yang diminta.

Ketika hambanya Abraham berkata: “Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu.” yang Ribka berikan itu bukan hanya air untuk orang tersebut melainkan sepuluh ekor untanya juga diberi minum oleh Ribka. Alkitab menyatakan: Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah Ribka: “Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum.” Saya pernah membaca sebuah artikel yang menulis bahwa seekor unta dewasa bisa minum sampai 20 galon sehingga ia puas. Jadi kalau ada sepuluh ekor unta berarti Ribka telah memberi minum unta-unta tersebut sebanyak 200 galon. Dan Ribka perlu bolak-balik mengambil air dan memberi minum unta itu, Alkitab menyatakan: “Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu.“

Jika kita hitung secara konservatif, 200 galon dengan buyung yang berisi 5 galon berarti perlu 40 kali bolak balik dari sumur sampai dituangkan ke palungan, lalu jika 40 kali bolak balik dan memerlukan 3 menit setiap kalinya maka waktu yang diperlukan untuk memberi minum unta-unta itu sampai puas adalah 2 jam. Sebuah penawaran kecil yang murah hati membawa Ribka menghabiskan waktu 2 jam untuk memenuhinya. Ribka menawarkan lebih dari seharusnya. Kemurahan hatinya sangat berbeda dengan pada umumnya manusia saat ini. Saat ini justru banyak orang yang berpikir: “melakukan hal yang kecil yang diharapkan dari saya , untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dari hal yang saya lakukan itu.“ Kemanapun saudara melihat, kita akan melihat sikap usaha minimum untuk mendapatkan hasil maksimum alias banyak orang yang hitung-hitungan.

KEKRISTENAN YANG OTENTIK SELALU MEMBUAT PERBEDAAN
Khotbah Yesus di bukit adalah nilai-nilai untuk menjadi orang Kristen yang sejati, yang pasti berbeda dengan pandangan dunia. Kemurahan hati adalah kunci agar kita bahagia dan membawa dampak yang besar bagi kehidupan manusia di dunia ini. Ada dua hal yang perlu ada pada kita untuk memiliki dan menyatakan kemurahan hati yaitu:

1. Kita Tidak Bisa Bersikap Murah Hati Dan Munafik Di Saat Yang Sama
Bandingkan sikap Ribka yang murah hati dengan sikap munafik orang-orang farisi yang menghitung-hitung amalnya. Sikap munafik seringkali membuat orang lain sengsara. Kemunafikan itu menghilangkan tanggung jawab yang Allah berikan kepada kita. Tanggung jawab kita sebagai pengikut Kristus adalah hidup sebagai saksi Kristus.

Di dalam sebuah persidangan, seorang saksi dituntut harus jujur karena saksi dusta itu hukumannya berat. Ada tertulis: “Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa.“ (Amsal 19:9). Jika kita ingin memiliki kemurahan hati, maka kita harus membuang kemunafikan dari dalam diri kita. Caranya adalah mematikan keinginan daging kita yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Rasul Paulus menulis: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.“ (Filipi 1:21). Hanya dekat dengan Tuhan dan tunduk kepada Firman Tuhan, maka kita bisa bebas dari kemunafikkan. Tuhan Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)

2. Kita Tidak Bisa Melakukan Hal Yang Besar Sebelum Melakukan Hal Yang Kecil
Mudah / gampang untuk kita berbicara tentang hal-hal yang besar dan sikap murah hati yang akan kita lakukan pada masa depan. Tapi kalau kita tidak murah hati dengan apa yang ada pada kita sekarang, maka sedikit sekali kita akan membawa perubahan di masa yang akan datang. Mudah saja kita berkata; “Kita jadikan bangsa- bangsa menjadi muridnya Tuhan!“ Tetapi keluarganya sendiri sudah dimuridkan atau belum? Apakah jemaat yang ada di gereja lokalnya sendiri sudah dimuridkan atau belum? Rasanya mudah untuk kita berkata: “Hapuskan kemiskinan di Indonesia, jadikan bangsa Indonesia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain!” Lalu bagaimana dengan saudaranya sendiri yang miskin apakah sudah ditolong atau belum? Bagaimana dengan jemaat yang miskin di gereja lokalnya, apakah sudah mendapat perhatian dan bantuan atau belum?
Ribka memulai dengan memberi seorang asing minum, setelah itu ia baru memberi minum unta-untanya. Ribka melakukan hal yang berbeda, mudah bagi Ribka jika hanya memberi minum kepada orang asing itu, lalu ia pulang. Tetapi Ribka membuat perbedaan di mata hamba Abraham itu. Didorong kemurahan hatinya yang begitu besar maka Ribka bukan hanya memberi orang asing itu minum tetapi juga unta-untanya. Apa hasilnya? Betul seperti ada tertulis: “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung“ (Hosea 8:7). Yang dituai selalu jauh lebih besar dari pada yang kita tabur.

Ketika hamba Abraham mengungkapkan siapa dirinya maka iapun mengeluarkan perhiasan emas dan perak serta pakaian kebesaran, dan memberikan semua itu kepada Ribka; juga kepada saudaranya dan kepada ibunya diberikannya pemberian yang indah-indah. Ketika kita memberi dengan murah hati, maka orang-orang yang kita cintai juga akan diberkati. Selalu ada luapan kemurahan hati yang memberkati mereka yang terdekat dengan pemberi. Yesus mengajarkan; “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.“ Berkat ekstra diperoleh dari usaha ekstra. Ribka tidak pernah menduga bahwa apa yang ia lakukan membawanya menjadi nenek buyut Sang Mesias di kemudian hari, dahsyat!

KEKRISTENAN YANG OTENTIK PEDULI BANGSANYA
Marilah kita mulai bermurah hati di tempat kita berada, mulailah dari yang terdekat dulu sebab inilah saatnya gereja menyatakan “keotentikkannya / keasliannya.“ Tengoklah keadaan bangsa kita, sangat menyedihkan melihat kenyataan bahwa Indonesia diberkati Tuhan dengan kekayaan alam, hasil laut dan hasil bumi yang berlimpah-limpah tetapi masih ada puluhan juta orang miskin di negeri yang kaya ini (Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2014 mencapai 27,73 juta - kemenkopmk.go.id). Mengapa? Jawabannya adalah masih banyak orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri, masih banyak orang yang tidak peduli dengan kesusahan orang lain. Kemurahan hati masih merupakan barang yang langka di negeri ini sehingga kemiskinan masih betah tinggal di negeri yang kita cintai ini.

Saudaraku, saat ini dunia sudah banyak mendengar khotbah-khotbah orang Kristen, dunia ingin melihat bukti . Karena kedurhakaan sudah meningkat maka kasih telah menjadi dingin, oleh karena itu dunia sedang menantikan anak-anak Allah menyatakan keotentikkannya. Jika orang Kristen tidak perduli dengan kesusahan orang lain, jika orang Kristen hanya mementingkan diri sendiri, selalu perhitungan, tidak murah hati maka jangan heran jika Kekristenan menjadi tidak menarik lagi.

Coba kita bayangkan apa yang akan terjadi dengan dunia saat ini jika;
- Nuh tidak mau bermurah hati dan ia berkata: “Saya tidak mau membangun bahtera!“
- Musa tidak mau bermurah hati dan berkata: “Saya tidak mau kembali ke Mesir!“
Mungkin ada di antara kita yang berkata, “Kalau Nuh dan Musa tidak mau, Tuhan bisa pakai yang lain kok,“ baiklah masuk akal juga, tapi coba renungkan yang satu ini; jika Yesus tidak mau bermurah hati dan berkata: “Saya tidak mau disalibkan!“ Apa yang akan terjadi dengan keselamatan umat manusia?

Suatu gaya hidup yang memberi dengan murah hati dampaknya akan lebih lama daripada lamanya kita hidup di dunia bahkan hingga di akhirat. Bagaimana dengan saudara dan saya? Umat yang layak bagi Tuhan adalah umat yang hidup sama seperti Kristus telah hidup, jika Kristus murah hati maka bisa dipastikan Kekristenan yang otentik akan nampak dengan perbuatan murah hati di mana di setiap peristiwa kehidupan, para pengikut Kristus menyatakan kasih-Nya dengan memberikan tangan-tangan yang terulur dan memberikan lebih dari yang diminta atau diharapkan. Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua, amin! (FM)

BACK..